✿¸.•❤••❤•بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ •❤••❤•✿¸.
Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa.
Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak
tercapai, kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat
tergoncangnya jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi
kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis
ilmu, majlis-majlis dzikir yang akan mengantarkan pada ketenteraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai
keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai
keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap
yang kita mahu bisa tercapai.Dan tidak mudah menyedari bahwa apa yang bukan
menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sedar bahwa
hidup ini tidak punya satu hukum: harus berjaya, harus bahagia atau harus-harus
yang lain.
Betapa banyak orang yang berjaya tetapi lupa bahwa asalnya
itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak
sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar.
Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang
bukan hak kita. Padahal hakikat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang
memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi milik kita di dunia, entah itu
rezeki, jawatan atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang
memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki. Meski ia nyaris
menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.." (al-Hadiid: 22-23)
Demikian juga bagi yang sedang berusaha terhadap jodoh. Kadang
kita tak sedar ketentuan Allah tentang jodoh kita, bukannya meminta yang
terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar ketentuan Allah: "yang
pentingnya harus dia Ya Allah! Harus dia, kerana aku sangat mencintainya."
Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan
akhirnya kalau pun Allah memberikannya maka tak selalu itu yang terbaik. Boleh
jadi Allah tak mengulurkannya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkannya
dengan marah kerana niat kita yang terkotor.
Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari
Allah:
Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa
jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus
benar-benar difikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini harus
benar-benar perlu, bila ada kesesuaian dengan harapan kita akan bahagia di
akhirat. Kerana seorang Mu'min tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia
untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak.
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
asalamualaikum
ReplyDeleteentry memberi makne mendalam..mohon izin untk share ya
waalaikmsalam..alhamdulillah..sama2 kita manfaatkan...silakan..
Delete